Anisa asyik rebahan, sakit kepala yang menghentak memaksa untuk berhenti melakukan apapun. Tiba-tiba sang suami masuk ke dalam kamar dan membawa semangkok sup hangat. Baunya membangunkannya untuk segera melahapnya.
Ah, tapi itu hanya ilusi bertahun tahun yang lalu sebelum Annisa menikah. Bayangan manis dan romantic sebelum pernikahan. Namun, setelah menikah. Semua bertolak belakang. Dalam keadaan sakit. Annisa harus tetap bisa melakukan pekerjaan rumah. Dalam terbaringpun ia ingat, oh anak anak akan makan apa nanti? Diambilnya satu, dua pil pahit agar sakitnya reda sementara. Kembali ke rutinitas, masak, momong. Tidak ada istilah mager. Karena jika ia mulai berhenti bergerak, rumah itupun kehilangan keseimbangan.
Begitulah realitas yang banyak dialami para istri sekaligus ibu. Terkadang banyak kehilangan kewarasan. Merasa terjebak dalam lingkup yang rumit sehingga jatuh dalam stress. Mau curhat di medsos tentu tidak etis dikonsumsi banyak orang. Cerita ke teman, bukannya berkurang beban namun kadang malah mendapat toxic positif. “Ah, kamu baru gitu aja, aku dong mampu melakukan ini sendirian.” Mau curhat ke ustadz, takut dibilang kurang beriman. Curhat dengan suami, malah direspon salah paham.
Begitulah, menjadi istri terkadang semua beban dipikul sendiri. Perjalanan pernikahan tidak seindah yang diimpikan seperti di novel novel romantic. Tidak tertekan lebih dalam saja sudah sangat bersyukur. Menyebabkan 7 masalah kulit akibat stress . Seperti yang telah ditulis oleh Renov.
Nah, lho! Benarkah globaly seperti itu, share di kolom komentar ya! Padahal, keluarga seharusnya identic dengan keceriaan, kebahagiaan bukan? Cobain 4 tips agar menjadi istri yang selalu bahagia berikut ini:
Tips agar menjadi istri yang selalu bahagia
Ingat Niat awal menikah untuk ibadah
Ditengah himpitan perasaan. Tarik nafas panjang, hempaskan! Tersenyumlah, tataplah anak anak ingatlah niat awal menikah untuk ibadah. Alasan menikah karena Allah. Bukan karena yang lain. Bukan karena impian impian keromantisan seperti pada film korea. Faktanya menikah karena cinta, bisa saja berkurang dan menipis seiring waktu. Namun, niat menikah karena Allah, karena ibadah kepada Allah akan membahagiakan hati. Bonusnya Allah kasih keberkahan, rasa sayang di dalam keluarga.
Jangan turuti perasaanmu
Teman, saya pernah mendengar perasaan adalah musuh kaum perempuan. Kadang kita terjebak pada perasaan sendiri. Suka melebih lebihkan perasaan. Suka mendramatisir peasaan. Lalu, setan ikut berperan.
Aku sendiri mencoba untuk memainkan perasaanku. Jangan mudah baper. Mintalah kepada Allah untuk menjaga hati, perasaan agar tidak mudah bolak balik. Memulai merubah mindset, wajar saja pernikahan itu terjal dan berliku, karena pahalanya bisa menghantarkan kita ke surga.
Kondisi dan perlakuan di rumah tangga bukanlah beban namun kebahagiaan. Bahkan impian yang diharapkan oleh perempuan lain yang belum berumah tangga.
Ambil Porsi Me Time
Agar selalu bahagia ambil porsi me timemu! Porsi ini berbeda beda untuk tiap perempuan. Ada yang merasa me time nya adalah memasak, ia dapat berekspresi di dalamnya. Namun, bagi perempuan yang lain memasak malah jadi beban dan pekerjaan yang tidak ada selesainya.
Ada yang mengobrol dengan suami menjadi waktu me time tersendiri. Kalau aku me time nya bisa sandaran sebentar lalu berlama lama di depan laptop menulis artikel kayak gini sambil dengarkan youtube.
Karena porsinya berbeda beda, kita sebenarnya yang paling tahu me time apa yang paling membahagiakan untuk diri sendiri.
Selalu Bersyukur
Rasa syukur akan selalu membuat bahagia. Merasa ridha dengan yang Allah kasih. Baik menurut kita belum tentu baik dimata Allah. Keluarga romantic seperti di drakor yang menjadi harapan belum tentu baik. Karena memang faktanya, di Korea banyak pasangan yang tidak romantic sehingga muncullah film fim agar menjadi inspirasi.
Menurutku, menonton drakor perlu selektif juga jika malah menggiring perasaan, “Ah, seandainya saja keluargaku seperti itu, kalau saja pasanganku kayak ini dll.” Sebaiknya jangan nonton jika mengurangi rasa syukur.
Rasa syukur yang sebenarnya terlihat dengan bertambahnya ketaqwaan kita. Bertambah bisa mengatur emosi, tidak kasar.
Eh, perempuan yang lemah lembut ketika belum menikah, terkadang bisa kasar dan melontarkan suara tinggi setelah menikah dan punya anak. Apakah tekanan hidup telah merubahnya? Jika iya, tarik nafas lalu tanyakan dalam hati,” jangan jangan aku belum bersyukur!”
Kesimpulan
Itulah empat tips agar menjadi istri yang selalu bahagia. Aku, kamu dan kita semua yang berjuang dengan perasaan sendiri, semoga selalu bahagia. Bahagia kita adalah ketika melihat banyak orang di sekitar kita terlihat bahagia dengan kehadiran kita.
11 komentar
Istri dan ibu itu emang wonder woman..
Dan balik lagi. Rasa syukur emang membawa kita para istri untuk senantiasa bersabar dengan segala keadaan ya kak.
Ah ya me time ku nonton drakor, sesimple itu...